Sabtu, 08 Maret 2008

Sudut Pandang Bioenergi terhadap Godaan Kesukaran / Musibah

Dalam menghadapi suatu kesukaran atau musibah diperlukan suatu kesabaran. Dan dalam segala keadaan dan peristiwa kita harus bersabar, supaya sampai kepada yang dituju, yaitu ibadah. Dasar dari urusan ibadah seluruhnya terdiri atas dasar sabar, menanggung kepayahan dan kesukaran. Orang yang tidak sabar, tidak tahan uji, tidak akan sampai pada tujuan ibadah. Demikian halnya, seseorang yang sudah bermaksud beribadah dan memusatkan perhatiannya benar-benar pada ibadah, pasti akan menghadapi kesukaran dan ujian serta musibah dari beberapa segi.

Ibadah itu sendiri sudah merupakan kepayahan, harus puasa, harus salat, harus sedekah, dan lain-lain. Semua itu merupakan kesukaran, karena itu Allah memberikan kegembiraan dan perangsang. Beribadahlah kamu, nanti aku berikan ganjaran dan akan dimasukkan ke dalam surga dan lain-lain. Beribadah itu memang sukar, sebab tidak dapat melakukan ibadah kecuali dengan mengalahkan hawa nafsu dan menakhlukkan diri sendiri, dan nafsu kita selamanya menghalang-halangi dan mencegah berbuat kebaikan. Melawan hawa nafsu dan menakhlukkan diri sendiri adalah salah satu diantara pekerjaan yang paling sukar bagi manusia. Dan manusia lebih sanggup menggalahkan 1000 musuh daripada mengalahkan nafsunya sendiri.

Seseorang jika sudah mengerjakan kebaikan, dengan susah payah, ia harus juga berhati-hati memeliharanya supaya jangan sampai rusak. Memelihara amal lebih sukar daripada melakukannya. Dunia ini memang tempat ujian, jadi bagi orang yang hidup di dunia ini mau tidak mau pasti di coba dengan kesukaran-kesukaran dan musibah. Kesukaran dan musibah itu macam-macam, seperti musibah karena ahli kita misalnya saudara kita sakit, anak kita nakal, kerabat kita meninggal dan sebagainya. Demikian pula dengan musibah mengenai diri sendiri, seperti kehormatan kita kena musibah, ada orang yang memfitnah, mengatakan yang bukan-bukan padahal kita tidak demikian, masing-masing musibah ini ada pedihnya. Jadi kita perlu sabar dan tahan uji menderita, sebab kalau kita tidak sabar, nanti ketidaksadaran dan kesedihan kita akan menghalangi kita dari memusatkan perhatian untuk beribadah.
Seseorang yang memperhatikan akhirat, akan lebih keras cobaanya, lebih banyak ujiannya. Lebih dekat kepada Allah di dunia ini, lebih banyak musibahnya sebab Allah kalau cinta kepada seseorang akan di uji-Nya. Cobaannya itu lebih keras, tidaklah memperhatikan sabda Rasulullah, “Orang yang dicoba paling keras ialah para Nabi, kemudian para ulama, kemudian ada yang ketiga dan keempat, bagaimana dekatnya mereka kepada Allah.” Seseorang yang menuju kepada kebaikan dan memusatkan perhatiannya untuk akhirat pasti dihadapkan pada ujian-ujian ini. Kalau tidak sabar dan tahan uji untuk menghadapinya, hatinya akan bimbang dan tak sempat beribadah. Jadi pasti ia tidak akan sampai pada tujuannya untuk beribadah.
Allah telah memberitahu kepada kita, agar kita menghadapi semua ujian dan musibah dengan sabar sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah bahwa kita akan di coba. Maka Allah berfirman, “Pasti akan dicoba kamu sekalian mengenai harta benda kamu dan diri kamu, dan kamu akan mendengar, baik dari ahli kitab maupun dari musyrikin, akan kata-kata yang akan menyakiti hati kamu. Apabila kamu sabar, tahan dan taqwa, maka sifat yang demikian termasuk urusan yang agung,” (QS. Ali-Imran 3 : 186). Oleh karena itu seseorang yang sudah bulat tekadnya akan beribadah kepada Allah, pertama-pertama ia harus membulatkan tekad agar kuat sabar, tahan uji yang lama dan membulatkan hatinya bahwa ia akan menderita masyakat-masyakat (kesukaran-kesukaraan) yang besar, yang terus menerus sampai mati. Jika tidaak demikian, menuju kepada ibadah tanpa alatnya dan akan sampai ke sana bukan melalui jaalan semestinya.
Dalam menangani godaan musibah HM. Syaiful M. Maghsri mengemukakan bahwasanya ia siap dengan nikmat maupun cobaan dari Allah. Misalnya, pada tanggal 27 Mei 2006 telah terjadi gempa bumi dengan berkekuatan 5,9 SR telah menggoncang Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk juga kantor Bioenergi Center yang dipimpin oleh Bapak HM. Syaiful M. Maghsri mengalami kerusakan parah pada bangunan gedungnya, tetapi Syaiful M. Maghsri selaku pimpinan Bioenergi Center dengan tenang berkata kepada karyawannya maupun praktisi Bioenergi, “Bahwasanya Allah telah menghancurkan gedung Bioenergi Center dengan sangat mudah dan cepat. Dengan Kuasa dan Kehendak Allah Pula rezeki saya (Syaiful M. Maghsri) datang ibarat air tanpa ada henti”. Dengan kata terakhir sebelum menutup pembicaraan Syaiful bertutur, “Bahwasanya Allah cepat memberi cobaan, cepat pula memberi rezekinya.” Dan ini perkataan Syaiful ini benar-benar terjadi dengan cepatnya renovasi gedung Bioenergi Center serta banyaknya tamu yang datang ke Bioenergi membawa rezeki dari Allah.

Diriwayatkan oleh Imam Al-Fudeil, “Barang siapa yang tidak membulatkan tekadnya untuk menempuh jalan menuju akhirat, maka dia akan mengahadapi empat macam kematian, Pertama mengahadapi mati putih yakni lapar, Kedua menghadapi mati merah yakni melawan setan, Ketiga maati hitam ialah dicela, diejek, dan dihina oleh orang, Keempat menghadapi mati hijau ialah musibah yang bertubi-tubi.”

Kita harus sabar karena keuntungannya orang yang sabar baik di dunia maupun akhirat dan diantara keuntungan orang yang sabar itu ialah keselamatan dan maksud berhasil. Firman Allah SWT, “Barang siapa yang taqwa kepada Allah, maka pasti Allah membuat baginya suatu jalan keluar dan memberinya rezezki melalui jalan-jalan yang tidak diduganya,” (QS. Ath-Thalaq 65 : 2-3). Dan diantara keuntungan-keuntungan bersabar itu ialah mengalahkan musuh, mereka terus maju ke depan dan memegang pimpinan.

Maha Suci Allah, Tuhan Yang Mulia, alangkah pemurahnya Tuhan, semua penghormatan di dunia dan di akhirat Tuhan akan berikan kepada hamba-Nya karena mereka bersabar sewaktu di dunia. Sekarang jelaslah bahwa kebaikan dunia dan akhirat ada dalam sifat sabar, yaitu kekuatan batin, tahan uji. Sabda Rsulullah SAW, “ Tidak ada pemberian Tuhan yang lebih baik dan lebih luas seperti yang diberikan kepada seseorang yang sabar.” Jadi bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sifat sabar, Allah jua yang memberi taufik.

Secara bahasa kata “sabar” itu menahan diri. Firman Allah, “Kuatkan dirimu bercampur gaul dengan orang-orang yang suka berdoa kepada Allah,” (QS. Al-Kahfi 18 : 28). Dan Allah sendiri menyebut dirinya dengan Ash-Shabur (Maha Sabar). Ini berarti Allah menangguhkan siksa dari orang-orang yang jahat, yang seharusnya disiksa. Untuk itu tidak seharusnya segera menyiksa orang, mungkin orang itu akan bertobat. Kemudian ada sesuatu di dalam hati yang disebut sabar yakni kemampuan tidak gelisah dan berkeluh kesah. Gelisah dan keluh kesah menurut Syaiful menjadikan hati goyah dan lebih goyah lagi sewaktu menghadapi kepayahan dan kesukaran. Adapun bentengnya agar kita bisa sabar adalah mengingat bahwa kesukaran dan kesusahan itu sudah ditentukan oleh Allah. Sabar atau tidak, pasti tidak akan menambah atau mengurangi ketentuan yang sudah digariskan di Lawh Mahfudz. Dan benteng dari segala benteng kesabaran adalah mengingat bahwa nanti akan diganjar oleh Allah SWT, semua akan diganti dengan penggantian yang besar sekali dan penggantian yaang besar itu disimpan oleh Allah Pada sisi-Nya.

Sudut Pandang Bioenergi terhadap Godaan Kesukaran / Musibah

Dalam menghadapi suatu kesukaran atau musibah diperlukan suatu kesabaran. Dan dalam segala keadaan dan peristiwa kita harus bersabar, supaya sampai kepada yang dituju, yaitu ibadah. Dasar dari urusan ibadah seluruhnya terdiri atas dasar sabar, menanggung kepayahan dan kesukaran. Orang yang tidak sabar, tidak tahan uji, tidak akan sampai pada tujuan ibadah. Demikian halnya, seseorang yang sudah bermaksud beribadah dan memusatkan perhatiannya benar-benar pada ibadah, pasti akan menghadapi kesukaran dan ujian serta musibah dari beberapa segi.

Ibadah itu sendiri sudah merupakan kepayahan, harus puasa, harus salat, harus sedekah, dan lain-lain. Semua itu merupakan kesukaran, karena itu Allah memberikan kegembiraan dan perangsang. Beribadahlah kamu, nanti aku berikan ganjaran dan akan dimasukkan ke dalam surga dan lain-lain. Beribadah itu memang sukar, sebab tidak dapat melakukan ibadah kecuali dengan mengalahkan hawa nafsu dan menakhlukkan diri sendiri, dan nafsu kita selamanya menghalang-halangi dan mencegah berbuat kebaikan. Melawan hawa nafsu dan menakhlukkan diri sendiri adalah salah satu diantara pekerjaan yang paling sukar bagi manusia. Dan manusia lebih sanggup menggalahkan 1000 musuh daripada mengalahkan nafsunya sendiri.

Seseorang jika sudah mengerjakan kebaikan, dengan susah payah, ia harus juga berhati-hati memeliharanya supaya jangan sampai rusak. Memelihara amal lebih sukar daripada melakukannya. Dunia ini memang tempat ujian, jadi bagi orang yang hidup di dunia ini mau tidak mau pasti di coba dengan kesukaran-kesukaran dan musibah. Kesukaran dan musibah itu macam-macam, seperti musibah karena ahli kita misalnya saudara kita sakit, anak kita nakal, kerabat kita meninggal dan sebagainya. Demikian pula dengan musibah mengenai diri sendiri, seperti kehormatan kita kena musibah, ada orang yang memfitnah, mengatakan yang bukan-bukan padahal kita tidak demikian, masing-masing musibah ini ada pedihnya. Jadi kita perlu sabar dan tahan uji menderita, sebab kalau kita tidak sabar, nanti ketidaksadaran dan kesedihan kita akan menghalangi kita dari memusatkan perhatian untuk beribadah.
Seseorang yang memperhatikan akhirat, akan lebih keras cobaanya, lebih banyak ujiannya. Lebih dekat kepada Allah di dunia ini, lebih banyak musibahnya sebab Allah kalau cinta kepada seseorang akan di uji-Nya. Cobaannya itu lebih keras, tidaklah memperhatikan sabda Rasulullah, “Orang yang dicoba paling keras ialah para Nabi, kemudian para ulama, kemudian ada yang ketiga dan keempat, bagaimana dekatnya mereka kepada Allah.” Seseorang yang menuju kepada kebaikan dan memusatkan perhatiannya untuk akhirat pasti dihadapkan pada ujian-ujian ini. Kalau tidak sabar dan tahan uji untuk menghadapinya, hatinya akan bimbang dan tak sempat beribadah. Jadi pasti ia tidak akan sampai pada tujuannya untuk beribadah.
Allah telah memberitahu kepada kita, agar kita menghadapi semua ujian dan musibah dengan sabar sebagaimana telah dijelaskan oleh Allah bahwa kita akan di coba. Maka Allah berfirman, “Pasti akan dicoba kamu sekalian mengenai harta benda kamu dan diri kamu, dan kamu akan mendengar, baik dari ahli kitab maupun dari musyrikin, akan kata-kata yang akan menyakiti hati kamu. Apabila kamu sabar, tahan dan taqwa, maka sifat yang demikian termasuk urusan yang agung,” (QS. Ali-Imran 3 : 186). Oleh karena itu seseorang yang sudah bulat tekadnya akan beribadah kepada Allah, pertama-pertama ia harus membulatkan tekad agar kuat sabar, tahan uji yang lama dan membulatkan hatinya bahwa ia akan menderita masyakat-masyakat (kesukaran-kesukaraan) yang besar, yang terus menerus sampai mati. Jika tidaak demikian, menuju kepada ibadah tanpa alatnya dan akan sampai ke sana bukan melalui jaalan semestinya.
Dalam menangani godaan musibah HM. Syaiful M. Maghsri mengemukakan bahwasanya ia siap dengan nikmat maupun cobaan dari Allah. Misalnya, pada tanggal 27 Mei 2006 telah terjadi gempa bumi dengan berkekuatan 5,9 SR telah menggoncang Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk juga kantor Bioenergi Center yang dipimpin oleh Bapak HM. Syaiful M. Maghsri mengalami kerusakan parah pada bangunan gedungnya, tetapi Syaiful M. Maghsri selaku pimpinan Bioenergi Center dengan tenang berkata kepada karyawannya maupun praktisi Bioenergi, “Bahwasanya Allah telah menghancurkan gedung Bioenergi Center dengan sangat mudah dan cepat. Dengan Kuasa dan Kehendak Allah Pula rezeki saya (Syaiful M. Maghsri) datang ibarat air tanpa ada henti”. Dengan kata terakhir sebelum menutup pembicaraan Syaiful bertutur, “Bahwasanya Allah cepat memberi cobaan, cepat pula memberi rezekinya.” Dan ini perkataan Syaiful ini benar-benar terjadi dengan cepatnya renovasi gedung Bioenergi Center serta banyaknya tamu yang datang ke Bioenergi membawa rezeki dari Allah.

Diriwayatkan oleh Imam Al-Fudeil, “Barang siapa yang tidak membulatkan tekadnya untuk menempuh jalan menuju akhirat, maka dia akan mengahadapi empat macam kematian, Pertama mengahadapi mati putih yakni lapar, Kedua menghadapi mati merah yakni melawan setan, Ketiga maati hitam ialah dicela, diejek, dan dihina oleh orang, Keempat menghadapi mati hijau ialah musibah yang bertubi-tubi.”

Kita harus sabar karena keuntungannya orang yang sabar baik di dunia maupun akhirat dan diantara keuntungan orang yang sabar itu ialah keselamatan dan maksud berhasil. Firman Allah SWT, “Barang siapa yang taqwa kepada Allah, maka pasti Allah membuat baginya suatu jalan keluar dan memberinya rezezki melalui jalan-jalan yang tidak diduganya,” (QS. Ath-Thalaq 65 : 2-3). Dan diantara keuntungan-keuntungan bersabar itu ialah mengalahkan musuh, mereka terus maju ke depan dan memegang pimpinan.

Maha Suci Allah, Tuhan Yang Mulia, alangkah pemurahnya Tuhan, semua penghormatan di dunia dan di akhirat Tuhan akan berikan kepada hamba-Nya karena mereka bersabar sewaktu di dunia. Sekarang jelaslah bahwa kebaikan dunia dan akhirat ada dalam sifat sabar, yaitu kekuatan batin, tahan uji. Sabda Rsulullah SAW, “ Tidak ada pemberian Tuhan yang lebih baik dan lebih luas seperti yang diberikan kepada seseorang yang sabar.” Jadi bersungguh-sungguh untuk mendapatkan sifat sabar, Allah jua yang memberi taufik.

Secara bahasa kata “sabar” itu menahan diri. Firman Allah, “Kuatkan dirimu bercampur gaul dengan orang-orang yang suka berdoa kepada Allah,” (QS. Al-Kahfi 18 : 28). Dan Allah sendiri menyebut dirinya dengan Ash-Shabur (Maha Sabar). Ini berarti Allah menangguhkan siksa dari orang-orang yang jahat, yang seharusnya disiksa. Untuk itu tidak seharusnya segera menyiksa orang, mungkin orang itu akan bertobat. Kemudian ada sesuatu di dalam hati yang disebut sabar yakni kemampuan tidak gelisah dan berkeluh kesah. Gelisah dan keluh kesah menurut Syaiful menjadikan hati goyah dan lebih goyah lagi sewaktu menghadapi kepayahan dan kesukaran. Adapun bentengnya agar kita bisa sabar adalah mengingat bahwa kesukaran dan kesusahan itu sudah ditentukan oleh Allah. Sabar atau tidak, pasti tidak akan menambah atau mengurangi ketentuan yang sudah digariskan di Lawh Mahfudz. Dan benteng dari segala benteng kesabaran adalah mengingat bahwa nanti akan diganjar oleh Allah SWT, semua akan diganti dengan penggantian yang besar sekali dan penggantian yaang besar itu disimpan oleh Allah Pada sisi-Nya.